bee
Serambinews - Gempa berkekuatan 7,2 SR yang mengguncang Aceh pada Rabu pagi, 7 April 2010 memunculkan sejumlah fenomena alam. Kalau sebelumnya dilaporkan ada semburan lumpur berskala kecil di Singkil dan mengeringnya air sumur bor di Aceh Utara, kini tersiar kabar tak kalah menakjubkan yaitu terbentuknya satu daratan baru yang menyebabkan terjadinya pendangkalan laut di Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.

Informasi sementara yang dikumpulkan Serambinews menyebutkan, dasar laut di perairan Pulau Banyak (gugusan kepulauan di Aceh Singkil) yang tadinya sedalam 18 meter kini berubah secara signifikan menjadi 5 meter. Pendangkalan itu terjadi karena di lokasi itu sudah menyembul hamparan daratan baru yang di lapisan atasnya berupa kerikil gunung dan lumpur.

Peristiwa itu diketahui pertama sekali oleh nelayan setempat bernama Rusalan (42), warga Desa Pulau Haloban, Kecamatan Pulau Banyak yang hendak memancing, Kamis (13/4) sore. Didasari rasa ingin tahu, pada Rabu pagi kemarin berbondong-bondonglah masyarakat untuk memastikan terbentuknya daratan baru itu. Lokasi itu sendiri berada sekitar tiga mil dari Pulau Haloban. “Setelah kami periksa dengan menyelam, benar telah muncul daratan. Bukan pendangkalan laut, ini sepertinya daratan,” kata Kepala Desa Haloban, Azwar.

Seorang warga bernama Anhar (40), dari Desa Asantola, Kecamatan Pulau Banyak melakukan penyelaman di lokasi tersebut. Menurut kesaksian Anhar, permukaan daratan yang muncul itu dipenuhi lumpur dan bebatuan berwarna hitam. Yang mengkhawatirkan, kata Anhar, terdapat titik semburan lumpur mirip lahar gunung berapi, namun tidak terasa panas. “Seperti air mendidih. Khawatir kita melihatnya,” kata Anhar.

Informasi lain yang diterima Serambinews menyebutkan, puncak daratan tertinggi berada pada kedalaman sekitar empat meter dari permukaan air laut. Luasnya sekitar 20 x 40 meter per segi membentuk kerucut seperti gunung. Buih air seperti air mendidih terus muncul, kendatai tidak mengubah warna air laut.

Seiring munculnya fenomena alam itu, ikan yang biasanya banyak terdapat di sekitar lokasi tersebut mendadak menghilang. “Dasar laut meninggi seperti gunung, luasnya tidak tahu. Namun khusus puncaknya mencapai 20 x 40 meter per segi. Ikan mendadak hilang berganti dengan batu kerikil warna hitam,” kata seorang warga Pulau Banyak lainnya, Safrizal Tital. Lokasi munculnya daratan baru itu selama ini merupakan areal memancing nelayan.

Khawatir
Dampak naiknya tanah dari dasar laut, sejauh ini belum memunculkan pengaruh lain di Pulau Haloban yang merupakan daratan terdekat dari lokasi daratan baru. Fenomena langka ini selain menghebohkan juga membuat warga Pulau Banyak, terutama Pulau Haloban merasa khawatir. Menurut informasi dari mulut ke mulut, warga Pulau Banyak yang mayoritas nelayan dengan menggunakan perahu berduyun-duyun menonton nyembulnya calon daratan baru itu.

Beberapa saat setelah gempa 7,2 SR pada Rabu pagi, 7 April 2010, air laut di Pulau Banyak yang berpenduduk sekitar 7.000 jiwa itu sempat surut hingga menyeret beberapa perahu nelayan. Kemudian air kembali ke posisi normal namun menyebabkan pasang dengan ketinggian setumit orang dewasa.

Luas Pulau Banyak mencapai 135 km per segi atau 6,17 persen dari luas kabupaten Aceh Singkil 2.187 km. Jumlah pulau yang masuk dalam gugusan Pulau Banyak pascagempa Nias 2005 dilaporkan berkurang. Jarak dari Pulau Balai, ibu kota Kecamatan Pulau Banyak ke Singkil sekitar 26 mil laut.
0 Responses