VIVAnews - Di tengah serangan gelombang udara panas di Jerman akhir pekan lalu, sistem penyejuk ruangan (AC) di tiga kereta api canggih justru tidak berfungsi. Akibatnya, puluhan penumpang di tiga kereta itu hampir semaput saat suhu di dalam gerbong bisa sampai 50 derajat Celcius.
Demikian ungkap otoritas kereta api di Jerman, Deutsche Band, Minggu 11 Juli 2010. Sedikitnya, 52 orang harus dirawat di rumah sakit karena menderita kepanasan, sedangkan 1.000 penumpang lain harus berganti kereta.
Pada Sabtu pekan lalu, 10 Juli 2010, tiga kereta moderen ICE - yang jendelanya tertutup secara permanen - bergerak dari Berlin menuju arah barat. Di tengah perjalanan, sistem AC pada tiga kereta itu mati mendadak. Suhu udara di dalam gerbong pun menjadi panas.
Para penumpang di dua kereta yang berada di dekat suatu stasiun berhasil segera dievakuasi. Namun, kereta ketiga ternyata masih jauh dari stasiun terdekat di kota Bielefeld.
Juru bicara Deutsche Bahn, Juergen Kornmann, mengungkapkan bahwa bahwa delapan penumpang menderita kepanasan yang cukup serius, sedangkan 44 lainnya hanya menerima perawatan ringan.
"Kami prihatin bahwa sejumlah penumpang menderita masalah kesehatan dan bahkan ada yang harus dilarikan ke rumah sakit," kata manajer Deutsche Bahn, Ulrich Homburg, dalam pernyataan tertulis. "Kami terkejut dan ingin menyampaikan permintaan maaf."
Para penumpang rata-rata menderita hyperventilation, vertigo, kepanasan, pusing, dan gejalan-gejala lain. Kepala tim penyelamat lokal, Hans-Dieter Muehlenberg, kepada kantor berita DPAD mengungkapkan bahwa suhu udara di dalam kereta rata-rata mendekati 50 derajat Celcius.
Investigasi Deutsche Bahn mengungkapkan bahwa matinya AC disebabkan oleh gelombang panas di luar kereta. Jerman akhir-akhir ini dilanda cuaca yang sangat panas dengan suhu rata-rata mendekati 40 derajat Celcius.